Ashraf Ghani Tak Ingin Afghanistan Seperti Suriah dan Yaman

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan bahwa bila dirinya memutuskan bertahan, maka akan terjadi "bencana mengerikan" dan ia menyebut tak ingin Kabul seperti Suriah dan Yaman.
Hal itu ia ungkapkan melalui sebuah video pernyataan yang diunggah di akun media sosialnya, Kamis (19/8) dini hari waktu Indonesia. Video tersebut disiarkan dari Uni Emirat Arab, tempat persembunyian dirinya usai kabur dari Kabul.
"Saya tidak ingin pertumpahan darah dimulai di Kabul seperti yang terjadi di Suriah dan Yaman. Jadi saya memutuskan untuk pergi, meninggalkan Kabul," kata Ghani dalam video tersebut.
"Keputusan dibuat bahwa apa pun yang terjadi 25 tahun yang lalu akan terulang jika saya tetap menjadi Presiden Afghanistan," lanjutnya, seperti dikutip dari CNN.
"Saya akan digantung di depan mata orang-orang Afghanistan dan ini akan menjadi bencana yang mengerikan dalam sejarah kita," kata Ghani.
Pada Senin (16/8), Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani diketahui kabur dari negaranya sendiri bahkan menyatakan Taliban menang. Ia menyatakan kala itu, melalui Facebook, bahwa ia kabur demi menghindari pertumpahan darah.
Hingga pada Rabu (18/8), Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) mengonfirmasi telah menyambut Ashraf Ghani dan keluarganya dengan alasan kemanusiaan.
"Saya tidak takut akan kematian yang terhormat, dan tidak menghormati Afghanistan tidak dapat saya terima, tetapi saya harus melakukannya," kata Ghani di video itu menyinggung sejumlah kritik yang ditujukan kepadanya soal anggapan ia telah menelantarkan penduduk Afghanistan dengan kabur kala Taliban menyerang Kabul.
"Saya dibawa keluar dari Afghanistan untuk menghindari pertumpahan darah dan kehancuran Afghanistan," katanya kembali.
"Untuk saat ini, saya berada di UEA sehingga pertumpahan darah dan kekacauan berhenti," kata Ghani seperti dikutip dari AFP.
"Saya saat ini dalam perbincangan untuk kembali ke Afghanistan," lanjutnya.
CNN menyebut, kepergian Ghani dipicu oleh penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan. Keputusan AS itu pula yang membuka jalan Taliban merebut kekuasaan dan mengalahkan pasukan keamanan Afghanistan.
Taliban pun dengan agresif menaklukkan berbagai kota di Afghanistan hanya dalam beberapa hari sebelum akhirnya menduduki Istana Kepresidenan di Kabul.
Analis intelijen Amerika Serikat sebelumnya memprediksi bahwa Taliban butuh berminggu-minggu sebelum bisa merebut pemerintahan sipil di Kabul. Namun pada Minggu (15/8), Taliban merebut Istana sementara Ghani diam-diam melarikan diri.
Sementara itu, dalam konferensi pers pertama usai menguasai Kabul, Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa pemerintahan baru versi mereka akan segera dibentuk.
Meski mereka tak memberikan rincian lebih lanjut dan hanya menyebut kelompoknya akan menggandeng seluruh pihak, serta memberi kesempatan kepada perempuan untuk terlibat di pemerintahan.
"(kami) Berkomitmen untuk membiarkan perempuan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Islam," tuturnya.
Taliban disebut berusaha menunjukkan sikap menahan diri dan lebih moderat.
"Mereka yang bekerja di bagian atau kementerian pemerintah mana pun harus melanjutkan tugas mereka dengan penuh dan melanjutkan tugas mereka tanpa rasa takut," kata Taliban dalam pernyataan resmi.
(end)[Gambas:Video CNN]
0 Response to "Ashraf Ghani Tak Ingin Afghanistan Seperti Suriah dan Yaman"
Post a Comment